Quantcast
Channel: News Archives - FK-KMK UGM
Viewing all 514 articles
Browse latest View live

Community and Family Health Care Inter-Professional Education

$
0
0

baksosCFHCIPE

Yogyakarta – Fakultas Kedokteran UGM melalui program CFHC-IPE (Community and Family Health Care Inter-Professional Education) selama bulan Ramadhan kemarin menggelar kegiatan pendidikan dan pengabdian masyarakat di Dusun Sidokerto Purwomartani, Kalasan dan Gondangan Sardonoharjo, Ngaglik Sleman. Kegiatan pengabdian masyarakat di Dusun Sidokerto dilaksanakan tanggal 4 Juli dengan dua agenda utama skrining kesehatan dan bazar Ramadhan. Dalam sambutannya, Ketua CFHC-IPE Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes menjelaskan program CFHC-IPE yang sudah terlaksana di dusun Sidokerto bertujuan meningkatkan mutu hidup masayarakat khususnya dalam bidang kesehatan. Tim CFHC-IPE bersama-sama dengan Tim Puskesmas Kalasan sebagai pembimbing lapangan mengembangkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta memberikan pendampingan penyuluhan kesehatan terkait Faktor Risiko, Kesehatan Ibu dan Anak, dan Tanggap Bencana.

Dalam kesempatan tersebut juga digelar pemeriksaan kesehatan kepada 112 warga masyarakat oleh staf pengajar fakultas dengan didampingi mahasiswa sebagai petugas pemeriksa mulai dari pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar badan hingga pemeriksaan kadar kolestrol dalam darah, tekanan darah, dan pemeriksaan gula darah. Kegiatan diakhiri dengan bazar penjualan sembako murah oleh mahasiswa sebanyak 200 paket (Beras, Gula dan Minyak Goreng) dengan jumlah paket terjual sebanyak 183. Selain itu, mahasiswa FK UGM juga menggelar bazar pakaian layak pakai dengan kisaran harga Rp 1.000-Rp 3.000 per potong. Bahkan sebagaian pakaian yang masih layak pakai tersebut dibagikan gratis kepada masyarakat dusun Sidokerto Purwomartani, Kalasan. Sebelum pemeriksaan kesehatan gratis, Dr. rer.nat. dr. BJ. Istiti Kandarina memberikan penyuluhan kesehatan yang menitikberatkan pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mensosialisasikan 10 Parameter PHBS, sebagai berikut:

  1. Persalinan ditolong oleh tenaga medis
  2. Pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi
  3. Menimbangkan Bayi dan Balita setiap bulan di posyandu
  4. Menggunakan air bersih
  5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
  6. Menggunakan jamban sehat
  7. Memberantas jentik di rumah
  8. Konsumsi buah dan sayur setiap hari
  9. Olahraga atau aktifitas fisik
  10. Tidak merokok di dalam rumah

bazarCFHCIPE sumbanganperpustCFHCIPE

Adapun kegiatan pengabdian masyarakat di Gondangan Sardonoharjo, Ngaglik Sleman dilaksanakan tanggal 11 Juli 2015 dengan memberikan sumbangan bantuan buku perpustakaan desa yang dilanjutkan diskusi antara Tim CFHC-IPE FK UGM dengan kepala dukuh serta masyarakat desa Sidokerto. Beberapa bahasan diskusi mengerucut pada rencana tindak lanjut survey lokasi bangunan perpustakaan yang rencananya akan dijadikan gedung perpustakaan desa. Dalam diskusi juga dikemukakan penyuluhan kesehatan oleh mahasiswa FK UGM untuk mendongkrak minimnya kesadaran masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan di saluran air (selokan) serta meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyebab penyakit-penyakit seperti stroke dan diabetes. Warga masyarakat berharap penyuluhan kesehatan oleh mahasiswa dapat dilakukan di acara perkumpulan warga yang dilakukan secara rutin seperti (arisan, pengajian, rapat RT, kumpulan PKK).   [sumber: Tim CFHC-IPE FK UGM]


ISTIHLAL SYAWALAN KELUARGA BESAR FAKULTAS KEDOKTERAN UGM TAHUN 2015/1436 H

$
0
0

Yogyakarta – Memasuki awal minggu kedua paska libur Idul Fitri 1436 H, Keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/FK UGM mengadakan acara Syawalan/Istihlal tahun 2015. Kegiatan rutin tahunan yang merupakan ajang silaturahim ini dihadiri oleh jajaran Dekanat dan Direksi serta seluruh civitas akademika FK UGM dan civitas hospitalia RSUP Dr. Sardjito. Bertempat di auditorium FK UGM, hadir sebagai penceramah Dr. H. Ahmad  Wijayanto, MA. Dalam paparannya penceramah mengupas tentang “istihlal” sebagai pra syarat diterimanya amal ibadah seorang manusia. “Kalau tidak istihlal, maka amal kita tidak akan sampai ke langit, tetapi hanya sampai langit-langit”, papar penceramah di awal ceramahnya. Ceramah santai yang diwarnai dengan cerita-cerita lucu ini menarik hadirin sampai usai acara.

Istihlal bukan sekedar halal bil halal. Kata istihlal merupakan bentuk masdar dari kata istahlala (‘ala wazni istaf’ala) yang artinya meminta halal. Artinya setiap manusia diperintahkan untuk mencintai meminta maaf ketika salah, dan mencintai memberi maaf ketika diminta. Makna kata ini sangat dalam dan komprehensif untuk momen semacam ini. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah –shallallohu ‘alaihu wa sallam- bersabda: “Barang siapa melakukan kezhaliman kepada saudaranya, hendaklah meminta dihalalkan (dimaafkan) darinya; karena di sana (akhirat) tidak ada lagi perhitungan dinar dan dirham, sebelum kebaikannya diberikan kepada saudaranya, dan jika ia tidak punya kebaikan lagi, maka keburukan saudaranya itu akan diambil dan diberikan kepadanya”. (HR. al-Bukhari nomor 6.169)

Istihlal harus dilakukan oleh seorang anak kepada orang tuanya, karena ridhlo Alloh kepada seorang anak bergantung dengan ridho kedua orang tuanya. Demikian pula seorang istri harus istihlal kepada suaminya, dan setiap manusia untuk meminta istihlal dari sesama manusia untuk saling mendapatkan keridhoan. Istihlal adalah akhlak mulia tetapi sulit dijalankan oleh manusia, kecuali kita mau mencontoh Rasulullah SAW. Menurut ulama besar Imam Al Ghozali, manusia digolongkan menjadi 4 jenis: 1) mudah marah dan sulit memaafkan, 2) sulit marah dan sulit memaafkan, 3) mudah marah dan mudah memaafkan, 4) sulit marah dan mudah memaafkan, yang terakhir inilah akhlak yang dicontohkan Rasulullah SAW. Bahkan kepada orang yang memutuskan silaturahmi pun Rasulullah SAW perintahkan untuk menyambungnya, kepada orang yang berbuat salah kita dianjurkan untuk memaafkannya, dan kepada orang yang mendzolimi pun kita diperintahkannya untuk mendoakan kebaikan kepadanya.

Di akhir presentasinya penceramah mengingatkan kembali agar seluruh hadirin untuk kembali ke fitrah manusia. Puasa Ramadhan mengajarkan kepada manusia untuk kembali kepada kebenaran, kesucian, keindahan dan kebaikan. [ARIS]

Galeri Foto

 

 

 

HARAPAN REVOLUSI MENTAL FK UGM

$
0
0

Gedung Joglo Grha Alumni Fakultas Kedokteran UGM “kedatangan” para alumni angkatan ’65 pada Sabtu ini, 1 Agustus 2015. Para alumni FK UGM ini mengadakan sarasehan mini bertemakan “Pendidikan Afektif Budaya”. Acara ini tak hanya dihadiri oleh angkatan ’65 saja, tapi juga menghadirkan dekan, ketua KAGAMA serta guru-guru besar FK UGM sebagai pembicara.

Acara dibuka dengan iringan gamelan Jawa nan apik dilanjutkan ramah tamah dari ketua panitia sekaligus sebagai perwakilan angkatan ’65 FK UGM, dr. JB Soebroto dan sambutan dekan FK UGM. Selaku narasumber angkatan ‘65, Dr. Ismojo Djati, M.Sc mengisahkan tentang angkatan ’65. Mulai dari suasana pembelajaran saat G30S PKI hingga prestasi-prestasi alumni. Prof. Dr. dr. H. Soenarto Satrowijoto, Sp.THT(K) melanjutkan mengenai filosofi etika kedokteran sebagai “jiwanya UGM”.

Nilai sejarah FK UGM disampaikan dengan komplit oleh Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K). Tak ayal beliau berhasil mencetuskan kebanggan warga FK UGM mengingat besarnya jasa dokter – dokter pendahulu menegakkan kedaulatan NKRI. Andil pula alumni yang kini menjabat sebagai direktur utama PT BP Kedaulatan Rakyat, dr. Gun Nugroho Samawi. Beliau menuturkan bagaimana Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat menjadi saksi kelahiran FK UGM. Selain itu, hadir pula narasumber – narasumber, antara lain Prof. dr. Harsono, Sp.S(K), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (Bupati Kulon Progo), Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD, Prof. Dr. dr. Soeripto Sp.PA(K), Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD.KR (Dewan Riset DIY), dan dari Fakultas Ilmu Budaya, I Dewa Putu Wijana.

Pada awalnya, acara ini dibentuk sebagai peringatan pesta emas angkatan ’65 untuk mempertemukan dosen – dosen angkatan ’65 dengan alumnus. Lalu, berkembanglah ide untuk mengumpulkan testimoni pengalaman kesuksesan dokter-dokter angkatan ’65. Kumpulan testimoni tersebut akan dibukukan dan disumbangkan ke fakultas sebagai bentuk “warisan” semangat mengabdi para dokter pendahulu. Rencananya testimoni pengalaman tersebut tidak hanya menjadi program dokter-dokter angkatan ’65 tetapi menjadi program seluruh alumnus.

Ide untuk membukukan pengalaman – pengalaman itu disambut baik oleh pihak fakultas dan KAGAMADOK. Hal itu seiringan dengan cita-cita FK UGM untuk mendirikan Museum Pendidikan pengembangan dari Museum Antropologi sekarang. Acara ini merupakan salah satu “penyambutan” momentum yang sangat langka, yaitu “Monumental 70 tahun NKRI menuju 70 tahun FK UGM oleh Dosen 70 tahunan”. Acara monumental merupakan bentuk aktualisasi program revolusi mental bangsa.

Keprihatinan bahwa generasi sekarang ini mulai “melupakan” budaya sebagai salah satu kearifan lokal mencetuskan program “Grha Joglo Alumni miniatur Kampus Mangkubumen FK UGM” sebagai bagian dari sarana pendidikan budaya. Programnya ialah menjadikan tokoh-tokoh dalam pewayangan sebagai pitutur (tuntunan-red) mahasiswa FK UGM. Kelir mini (350 x 175 cm) sudah terpasang apik. Kelak, kelir tersebut akan bersanding dengan tokoh – tokoh wayang terpilih disertai deskripsi karakter teladan masing – masing. Pengadaan tokoh wayang lain dilakukan secara bertahap hingga Maret 2016.

“Profesionalisme itu memiliki 3 pilar yaitu Kognitif, Keterampilan, dan Afektif (Moral). Pada saat ini afektif sering diabaikan. Padahal ini merupakan hal terpenting untuk menjadi seorang dokter profesional. Di Mangkubumen dulu, karakter merupakan hal terpenting. Mahasiswa kedokteran harus memilik karakter yang baik. Tak masalah pada akhirnya berprofesi menjadi dokter atau tidak. Yang penting, ketika seseorang berkarakter baik, maka ia akan bermanfaat bagi orang lain”, tutur dr. JB Soebroto panjang lebar. Beliau mengaku prihatin pada sebagian dokter saat ini yang menggunakan statusnya sebagai lahan untuk menimbun kekayaan saja.

Budaya dokter yang “afektif” dari generasi Mangkubumen (generasi dokter ketika FK UGM berada di Mangkubumen-red) diharapkan dapat diturunkan ke generasi Sekip (generasi dokter FK UGM sekarang, yang lokasinya berada di Jalan Sekip-red).(Rista/Reporter)

Bekerja dengan Iklas

$
0
0

Hari ini merupakan momen yang membahagiakan bagi 103 dokter yang baru saja melafalkan sumpah dokter dihadapan Dekan FK UGM dan seluruh orang tua/wali. Terbagi menjadi 67 dokter perempuan dan 36 dokter laki-laki. Tidak lupa jajaran rumah sakit jejaring FK turut menyaksikan acara Pelantikan Dokter Periode Agustus 2015. Hingga saat ini FK meluluskan sebanyak 8.265 dokter dengan rata-rata IPK lebih dari 3. dr. Amal Fathullah Pua Upa berhasil meraih dokter lulusan terbaik pada periode ini dengan nilai IPK 3.85.

“Sebagai seorang dokter, bekerjalah dengan iklas,” pesan dari Prof. Teguh selaku Dekan FK. Sumpah dokter yang baru dilafalkan mempunyai arti bahwa Saudara telah secara sadar dan bertanggung jawab untuk membaktikan hidup Saudara guna kepentingan perikemanusiaan, ungkap Prof. Teguh dalam sambutannya.

Sebagai perwakilan dari dokter baru dr. Vicky menyampaikan rasa terima kasih kepada guru-guru yang ditengah kesibukannya mengajar dan menangai pasien masih dengan sabar mendidik kami. Serta terima kasih diucapkan kepada orang tua dan saudara yang telah mendampingi dan mensupport selama kami menempuh pendidikan. Tidak lupa ucapan terima kasih juga disampaikan kepada karyawan FK, RS Jejaring yang turut membantu dalam proses pendidikan selama ini.

Dalam pelantikan ini, turut hadir pula alumni berprestasi memberikan pesan serta motivasi bagi para dokter baru. “Jangan takut untuk bertugas didaerah yang sulit karena Dokter adalah insan yang dihormati,” ucap dr. Choirul Anwar, M.Kes dalam sambutannya sebagai perwakilan kagama kedokteran dan alumni berprestasi. Ketika beliau bertugas di Kokap, Kulon Progo, dr. Choirul tidak meminta dibayar tetapi minta agar penduduk hidup dengan bersih dan baik. “Bahkan mereka memberi saya sepasang ayam jago,” tambah beliau.

Selain itu, beliau juga menciptakan sistem emergency gratis di Jogja dan program pemulihan gizi bekerjasama dengan IDAI. Pesan dr. Choirul tidak lupa mengingatkan kepada dokter baru ‘sebaik-baik manusia adalah insan yang bermanfaat bagi sesama’. (Dian/IRO)

Kolaborasi FK UGM-RSUP Dr Sardjito-the Dutch School Dalam Pelatihan Perawat Onkologi

$
0
0

Yogyakarta – Peningkatan jumlah kasus pasien kanker yang dirawat di rumahsakit berdampak pada kebutuhan akan perawat yang memiliki keahlian khusus dalam merawat kanker. Dalam rangka menunjang pelayanan keperawatan secara komprehensif kepada pasien kanker, perawat harus meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam perawatan onkologi lewat pelatihan atau continuing nursing education (CNE).

Sebagai inisiasi awal program peningkatan kapabilitas perawat onkologi maka pada hari Senin, 10 Agustus 2015, dengan disaksikan Rektor UGM dan jajarannya, telah terselenggara penandatanganan MOA antara Dekan Fakulatas Kedokteran UGM, Prof. Dr. Teguh Aryandono, Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, dr. M.Syafak Hanung, Sp.A, dan Presiden The Dutch School, The Netherland, Prof. Peter Heintz. Turut menyaksikan seremoni tersebut ketua HIMPONI (Himpuna Perawat Onkologi Indonesia) Cabang DI Yogyakarta- Jawa Tengah, Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes. MOA ini menjadi sangat penting sebagai aspek legal formal dalam kegiatan pelatihan perawat onkologi kerjasama Fakultas Kedokteran UGM, RSUP Dr. Sardjito, The Dutch School selama kurun waktu 2015 – 2017. Pelatihan Perawat Onkologi ini terdiri atas 6 modul yang dilaksanakan setiap 4 bulan sekali secara bergantian di RSUP Dr. Sardjito dan RSUD Moewardi Solo. Pengajar pelatihan perawat onkologi kali ini merupakan para perawat dari Belanda dengan kepakaran di bidang onkologi. Pada akhir pelatihan peserta pelatihan akan mendapatkan sertifikat internasional dari The Dutch School.

PENELITIAN FK UGM DENGAN KOBE UNIVERSITY

$
0
0

Sejak tahun 2014, Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito telah mengadakan kolaborasi penelitian dengan Kobe University Jepang dalam bidang Penyakit Atrial Septal Defect – Pulmonary Hypertension (ASD-PH). Kolaborasi penelitian ini didanai oleh dua sumber hibah yaitu DIKTI dari Pemerintah Indonesia dan JSPS dari Pemerintah Jepang yang direncanakan selama tiga tahun (2014 – 2017). Beberapa kegiatan telah dilakukan dalam rangka kolaborasi penelitian ini, baik di Indonesia maupun di Jepang. Tim peneliti dari Indonesia diketuai oleh dr. Lucia Krisdinarti, SpPD, SpJP(K) yang pada bulan Agustus ini menjadi tuan rumah pada kunjungan rutin dalam rangka kolaborasi setelah pada bulan Februari 2015 silam tim peneliti FK UGM berkunjung ke Kobe, Jepang. Tim peneliti dari Kobe University dipimpin oleh Professor Noriaki Emoto yang merupakan salah satu ahli pulmonary hypertension di Jepang.

Atrial septal defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan, yaitu penyakit jantung yang terjadi akibat bawaan dari lahir, yang ditandai oleh adanya lubang pada dinding sekat antara serambi jantung kanan dan kiri. Pada janin, dinding sekat ini mempunyai lubang yang menghubungkan antara serambi jantung kanan dan kiri. Pada orang normal, pada saat bayi lahir lubang pada dinding sekat ini sudah mengalami penutupan. Namun, pada penderita ASD, lubang ini masih terbuka sejak lahir sehingga terjadi hubungan antara serambi jantung kanan dan kiri. Akibat adanya lubang ini, maka darah dari serambi jantung kiri akan menyeberang melalui lubang ini menuju ke serambi jantung kanan yang mempunyai tekanan lebih rendah dan diteruskan ke paru-paru. Apabila lubang ini dibiarkan saja maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan tekanan di pembuluh darah paru-paru yang disebut pulmonary hypertension (PH). Penderita ASD yang mengalami PH perlu memperoleh obat-obatan untuk menurunkan tekanan yang tinggi di paru-parunya , sehingga bisa hidup dengan kualitas hidup yang baik.

Di negara Jepang, deteksi dini penyakit jantung bawaan sudah dimulai sejak dalam kandungan dan diteruskan mulai dari bayi, anak TK, SD, SMP dan sampai SMA. Semua anak Jepang telah menjalani deteksi dini dengan peralatan yang sederhana sampai yang canggih, sehingga hampir semua penyakit jantung bawaan, termasuk ASD, dapat diketahui sejak masa kanak-kanak. Apabila telah diketahui adanya penyakit jantung bawaan selama deteksi dini ini, maka dilakukan operasi koreksi atau penutupan defek dan anak tersebut dapat hidup normal seperti anak-anak yang lain sampai dewasa. Keberhasilan program deteksi dini di Jepang ini mencapai 99-100 %. Sampai saat ini, sangat jarang ditemukan ASD pada orang dewasa di negara Jepang karena keberhasilan program deteksi dini.

Di Indonesia, deteksi dini penyakit jantung bawaan belum ada. Akibatnya, pasien dengan ASD tidak diketahui pada saat masa kanak-kanak dan akan berlanjut hingga usia dewasa dan muncul gejala-gejala komplikasi. Di Rumah Sakit Dr. Sardjito, sampai tahun 2015 ini, terdapat sekitar 300 penderita ASD usia dewasa yang dirawat secara rutin. Pengumpulan registri ASD-PH yang dimulai sejak 2012 oleh tim peneliti FK UGM / RSUP Dr. Sarjito menunjukkan bahwa sebagian besar pasien ASD tersebut sudah mengalami PH, sehingga operasi penutupan lubang lebih sulit dilakukan. Para pasien ASD-PH ini menjalani pengobatan rutin dengan obat-obatan yang bertujuan menurunkan tekanan tinggi di paru-paru.

Dalam kolaborasi penelitian ASD-PH antara Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito dengan Kobe University Jepang ini, Profesor Noriaki Emoto dan timnya yang terdiri dari Dr. Kazuhiko Nakayama, PhD dan Miss Yoko Suzuki, MPharm, memaparkan sistem deteksi dini di Jepang dan kemungkinan penerapannya di Indonesia. Pilot project deteksi dini penyakit jantung bawaan dilakukan di SD Kanisius Notoyudan, pada tanggal 4 Agustus 2015. Dalam pilot project yang melibatkan para residen PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK UGM, berhasil dilakukan pemeriksaan fisik dan EKG pada 68 siswa-siswi SD kelas 4,5 dan 6. Dalam kunjungannya pada acara pilot project tersebut, Profesor Emoto sangat terkesan akan sambutan meriah dari para murid dan guru serta komite sekolah dan optimis bahwa sistem deteksi dini ini bisa diterapkan di Yogyakarta. Peneliti utama Fakultas Kedokteran UGM, dr. Lucia Krisdinarti, SpPD, SpJP(K), memaparkan tentang sistem registri pasien ASD-PH dewasa di RSUP Dr. Sardjito dan pengalaman merawat pasien dengan ASD-PH tersebut serta menegaskan pentingnya deteksi dini untuk bisa diterapkan di Indonesia. Pada tanggal 5 Agustus 2015, Profesor Noriaki Emoto dan tim menghadiri acara konferensi bedah yang dihadiri para staf, residen dan tamu undangan di ruang konferensi ICCU RSUP Dr. Sardjito yang membahas tatalaksana kolaboratif pasien ASD dan memberikan kuliah tamu dengan topik sistem deteksi dini penyakit jantung bawaan di Jepang. Pada hari yang sama, diadakan sarasehan pasien-pasien dengan ASD-PH yang terdaftar dalam registri ASD-PH dewasa dengan tim peneliti ASD-PH dan pimpinan RSUP DR. Sardjito. Acara yang berlangsung di Gedung Rawat Jalan RSUP Dr. Sardjito ini disambut antusias oleh para pasien registri ASD-PH dan juga dihadiri oleh pengurus Perkumpulan Hipertensi Paru Indonesia yang datang khusus dari Jakarta. Dalam sarasehan ini, tim peneliti Kobe University memaparkan perkembangan terapi obat-obatan terkini di Jepang untuk penderita ASD-PH dan menekankan pentingnya deteksi dini sejak masa kanak-kanak.

Dalam kunjungannya selama 2 hari ini, Profesor Emoto mengharapkan kolaborasi penelitian yang lebih luas lagi dengan mencakup pelaksanaan sistem deteksi dini penyakit jantung bawaan di Yogyakarta pada anak-anak usia SD. Kedua tim peneliti sepakat untuk bersama-sama membuat sistem deteksi dini yang akan mulai diterapkan di Yogyakarta. Di akhir kunjungannya, Profesor Emoto mengundang tim peneliti FK UGM untuk mengadakan kunjungan balasan ke Jepang pada Februari 2016 yang bertepatan dengan acara konferensi penyakit jantung bawaan se-Jepang di Osaka, dan direncanakan membawakan presentasi tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.(Sumber: Anggoro Budi Hartopo)

Internasionalisasi di FK UGM: Where do we go?

$
0
0

IMG_7533

Yogyakarta – Mengapa internasionalisasi perguruan tinggi penting? Ada banyak sebab yang semuanya bermuara pada satu tuntutan bagi perguruan tinggi untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing secara global dalam pasar bebas. Internasionalisasi perguruan tinggi tentunya juga perlu dukungan kuat dari kantor urusan internasional (International Relations Office/IRO). Penguatan dan pengembangan IRO menjadi poin penting yang melatarbelakangi penyelenggaraan workshop penyusunan roadmap strategi pengembangan kerja sama internasional Selasa (11/8) di Gadjah Mada University Club. Tujuan workshop adalah untuk mengindentifikasi kendala dalam mencapai tujuan internasionalisasi serta mengidentifikasi upaya strategis menghadapi tantangan internasionalisasi. Workshop dihadiri oleh para kepala bagian, ketua program studi dan ketua pusat-pusat kajian Fakultas Kedokteran UGM. Hadir sebagai narasumber Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM -Dr. Paripurna, SH., LLM, Ketua Kantor Urusan Internasional UGM – I Made Andi Arsana, PhD, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerja Sama FK UGM -Prof Adi Utarini, MSc, MPH, PhD serta dokter Yodi Mahendradhata, MSc, PhD yang sekaligus memandu roundtable discussion. 

IMG_7601

Dengan metode interaktif consensus building workshop, para peserta berhasil mengidentifikasi 7 kendala yang dihadapi FK UGM dalam mencapai tujuan internasionalisasi yaitu dana, SDM, birokrasi, informasi, jejaring, sarana dan kebijakan. Di akhir workshop para peserta juga menyepakati langkah-langkah strategis untuk menghadapi 7 kendala di atas yaitu membangun komitmen dan merumuskan kebijakan; penguatan sarana-prasarana sesuai standar internasional;  mengembangkan model kerja sama dan jejaring yang berkelanjutan; memperkuat sistem informasi yang terintegrasi; meningkatkan efisiensi dan efektifitas birokrasi; meningkatkan kualitas, kuantitas dan sinergisitas SDM; serta mengeksplorasi dan mengoptimalkan sumber dana.

Workshop yang dimoderatori dr. Yanri Subronto, PhD dan Prof Sofia Mubarika ini merupakan langkah awal penyusunan roadmap strategi pengembangan kerja sama internasional FK UGM untuk mengawal internasionalisasi FK UGM.      \sari

SIRS pada Bedah Jantung Terbuka

$
0
0

Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) adalah sindroma yang ditandai dengan 2 atau lebih dari tanda-tanda sebagai berikut: 1. Suhu >38oC atau <36oC, 2. Denyut jantung >90x/menit, 3. Frekuensi nafas >20 x/menit atau PaCO2 <32mmHg, 4. Jumlah angka leukosit >12000cell/mm3 atau presentasi neutrofil meningkat lebih dari 10% dari nilai normal (Muckard,1997), sesuai dengan disertasi Dr. dr. Supomo, Sp.B., Sp.BTKV pada Selasa lalu (11/8).

Penggunaan mesin jantung-paru sewaktu proses operasi bedah jantung terbuka merupakan penyebab utama timbulnya SIRS, dan perkembangan SIRS lebih lanjut sulit diprediksi, bisa ringan, bisa menjadi sepsis, septik syok, bahkan gagal multi organ yang berakhir dengan kematian. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan antara lain: pemberian metilprednisolon intraoperasi (dicampurkan dengan priming mesin jantung-paru), atau pemakaian hemofilter yang dipasang pada sirkuit mesin jantung-paru, tetapi hasilnya belum optimal, terutama pada pasien dewasa. Oleh karena itu dilakukan upaya lain yaitu dengan kombinasi pemberian metilprednisolon dan pemakaian hemofilter. Dengan tujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi antara metilprednisolon praoperasi, metilprednisolon intraoperasi, dan hemofilter terhadap: kejadian SIRS, komplikasi pasca operasi, dan kejadian kematian pascaoperasi, pada pasien dewasa yang dilakukan operasi bedah jantung terbuka, lanjut dr. Supomo yang lulus dengan predikat sangat memuaskan.

dr. Supomo yang merupakan staf pendidik Bagian Ilmu Bedah FK UGM memaparkan presentasi dihadapan para pembimbing dan penguji menyampaikan bahwa selain kontaknya darah dengan lapisan dalam dari sirkuit mesin jantung- paru, penyebab lain terjadinya SIRS pada bedah jantung terbuka adalah: 1. ischemic-reperfusion injury, 2. endotoksin, dan 3. trauma operasi (Wan, 1997; Paparella, 2002). Sampai saat ini banyak penelitian-penelitian yang menyimpulkan bahwa masih ada kekurangan-kekurangan dari protokol tersebut diantaranya, penelitian Chaney (2002) yang melaporkan bahwa pemberian metilprednisolon intraoperasi dapat menyeimbangkan mediator proinflamasi dan mediator anti inflamasi sehingga timbulnya SIRS dapat diminimalkan, tetapi secara klinis tidak terbukti mencegah penurunan fungsi paru, dan juga tidak terbukti memperbaiki edema sistemik, justru meningkatkan kadar gula darah pascaoperasi, serta memperlama penyembuhan luka operasi, sehingga morbiditas maupun mortalitas belum bisa diminimalkan. Sedang Robertson-Malt (2007), melaporkan bahwa profilaksi metilprednisolon intraoperasi pada pasien bedah jantung anak tidak terbukti menurunkan komplikasi pembedahan.

Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari protokol tersebut, dipikirkan alternatif lain diantaranya, selain pemberian metilprednisolon intraoperasi perlu ditambah dengan pemberian metilprednisolon praoperasi yang bertujuan mencegah timbulnya SIRS yang disebabkan oleh trauma operasi, dan pemakaian hemofilter di sirkuit mesin jantung paru yang bertujuan memfiltrasi mediator-mediator proinflamasi yang diakibatkan oleh proses sirkulasi luar tubuh. Beliau adalah doktor ke-178 di FK UGM dan ke-2731 se- UGM. Bertindak sebagai promotor adalah Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K)Onk.

Kombinasi antara pemberian metilprednisolon praoperasi, metilprednisolon intraoperasi dan hemofilter, secara bermakna dapat menurunkan kejadian SIRS pascabedah jantung terbuka di 3 jam dan di 24 jam pascaoperasi, dan secara bermakna dapat menurunkan kejadian komplikasi pascaoperasi. Kombinasi ini cenderung menurunkan kejadian kematian pascaoperasi, tetapi secara statistik tidak bermakna. Ada kecenderungan kenaikan kadar TNFα di pengamatan segera setelah mesin-jantung paru dihentian pada kelompok A (kelompok yang memakai hemofilter, diberi metilprednisolon praoperasi dan metil prednisolon intraoperasi) lebih kecil dibanding pada kelompok B (kelompok yang diberi metilprednisolon intraoperasi), tetapi secara statistik tidak berbeda bermakna. (Dian/IRO)


FK UGM Juara I Olimpiade Fisiologi Internasional

$
0
0
Kuala Lumpur – Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM Angkatan 2014 yaitu Marcellius, Fransisco, Galih, Rama dan Danny berhasil mengantar FK UGM meraih Juara I di ajang Olimpiade Fisiologi Tingkat Internasional: 13th Inter-Medical School Physiology Quiz (IMSPQ). Olimpiade ini setiap tahun diselengggarakan oleh Universiti of Malaya di Kuala Lumpur, Malaysia. Tim FK UGM mengalahkan 89 tim FK yang berasal dari 30 negara di seluruh belahan dunia. Atas torehan prestasi FK UGM yang selalu menempati 8 besar dengan peringkat yang selalu meningkat dari tahun ke tahun maka  FK UGM dipercaya menjadi tuan rumah IMPSQ ke-14 tahun 2016 yang akan diselenggarakan tanggal 29-30 Juli 2016. IMSPQ ke-14 tersebut akan menjadi yang pertama kali diadakan di luar Malaysia.  [sumber: Dr. Denny Agustiningsih]
SELAMAT!
flyerIMSPQ

Doktor Baru Dr. dr. Cita Herawati, Sp.THT-KL

$
0
0

WebsiteMikroRNA (miRNA) plasma merupakan salah satu pertanda biologis yang banyak diteliti pada kanker, termasuk kanker nasofaring (KNF). Disertasi Dr. dr. Cita Herawati, Sp.THT-KL ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi miRNA pada plasma KNF (miR-21, miR-29c, miR-141 dan miR-BART7) dan hubungannya dengan karakteristik klinikopatologis, ekspresi p53 dan c-myc, serta respons terapi.

dr. Cita menyelesaikan disertasinya di Program Studi Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Fakultas Kedokteran UGM pada Rabu lalu (13/8). Disertasi beliau berjudul “Ekspresi miR-21, miR-9c, miR-141, dan miR-BART7 sebagai Kandidat Biomarker Dikorelasikan dengan C-MYC dan P53 pada Karsinoma Nasofaring”. Beliau adalah doktor ke-179 di FK UGM dan 2.735 se-UGM dengan predikat sangat memuaskan.

Prof. Sofia Mubarika, selaku promotor mengucapkan selamat atas capaian yang telah diraih oleh dr. Cita dalam disertasinya. Selain Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D dari FK UGM, adapula Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp.OG(K)., Ph.D dan dr. Totok Utoro, D.<ed.Sc., Sp.PA(K) dari FK UGM sebagai ko-promotor serta Prof. dr. Bambang Hermani, Sp.THT-KL(K) dari FK UI. Tim penilai Dr.Med. dr. Indwiani Astuti, Dr. dr. Bambang Hariwiyanto, Sp.THT-KL(K) dan dr. Didik Setyo Heriyanto, Ph.D., Sp.PA dari FK UGM. Penguji beliau adalah Prof. dr. Hari Kusnanto, SU, Dr.PH dari FK UGM. Berdasarkan penelitian dr. Cita ditemukan bahwa tidak semua miRNA dapat dideteksi dalam plasma KNF. Tingkat ekspresi miRNA pada stadium lanjut local hamper sama. Ekspresi miR-21 berpotensi digunakan sebagai biomarker dalam menilai respons terapi pasien KNF. (Dian/IRO)

Seminar Jaminan Kesehatan Nasional

$
0
0

Pusat kajian Kebijakan Pembiayaan-Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK) bekerja sama dengan Vreij University, University of Amsterdam and Erasmus University. Rotterdam menyelenggarakan Seminar Publik: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia dan Tantangan Kesetaraannya. Kegiatan ini merupakan bagian dari pengembangan 4 tahun, yang didukung oleh Nuffic dan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Seminar akan diikuti dengan lokakarya untuk membahas agenda prioritas riset mendatang.

PSIK UGM SUKSES SELENGGARAKAN KONFERENSI SENDI INTERNASIONAL

$
0
0

JOGJA,.- Konferensi Sendi Internasional dalam Studi Ilmu Keperawatan atau International Joint Conference on Nursing Science (IJNS) 2015 dibuka oleh dekan FK UGM, Prof. Dr.dr. Teguh Aryandono, Sp.B(K) Onk di Hotel Inna Garuda Yogyakarta Senin pagi, 24 Agustus 2015. Konferensi tersebut diikuti 180 peserta dari berbagai negara Asia seperti Malaysia, Thailand, Taiwan, China, Filipina, Vietnam, Jepang, dan Indonesia.

“Harapan jangka pendek bisa mempererat kolaborasi PSIK dengan institusi lain terutama dalam kancah internasional. Untuk jangka panjangnya berkaitan dengan profesionalisme para perawat. Jangan sampai ada AEC (Asean Economic Community) para perawat kita belum siap dan kalah dengan perawat negara lain” kata Lely Lusmilasari, SKp., M.Kes, selaku ketua panitia acara ini.

Acara ini sekaligus sebagai ajang promo pada perawat agar semakin bersiap diri menghadapi AEC mendatang. Demikian timpal Sri Suwarsini. Di akhir tahun 2015, Indonesia harus siap bersaing secara internasional dengan negara Asean lainnya. Begitu pula dalam bidang medis, perawat juga tidak boleh kalah profesional.

Acara inti terdiri dari presentasi oral, diskusi, perlombaan poster dan diskusi paralel. PSIK UGM bekerjasama dengan panitia dari Universitas Chulalongkorn menyeleksi 109 abstrak sebagai bahan konferensi. Sebanyak 76 abstrak dibahas dalam presentasi oral. Sisanya dibahas dalam 4 diskusi paralel.

Konferensi dilaksanakan selama 2 hari (24-25/8). Pembicara konferensi menghadirkan pakar dari berbagai universitas antara lain Universitas Gadjah Mada (Indonesia), Universitas Kobe (Jepang), dan Universitas Chulalongkorn (Thailand), Universitas Filipina (Filipina).

Selain itu ada program sosial untuk memerkenalkan Yogyakarta pada para peserta. Mereke diajak ke Candi Prambanan, Ratu Boko, Borobudur, melihat pembuatan perak dan batik, dan sebagainya. Acara diakhiri dengan makan malam sembari menyaksikan pertunjukan sendratari Ramayana. (Rista/Reporter)

Penyakit Hati Kronik

$
0
0

Sirosis hati (SH) dan karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan akhir dari perjalanan klinis alamiah penyakit hati kronik. Virus hepatitis B dan C terbukti sebagai etiologi yang tersering. Lebih dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B. dan lebih dari 360 juta menjadi pengidap kronik yang memiliki rasio sirosis dan kanker hati. Indonesia tergolong negara pengidap hepatitis B nomor 3 di kawasan Asia Pacific sesudah Cina dan India. Sekitar 13 juta penduduk Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B dan 4 juta terinfeksi hepatitis C. terjadi peningkatan infeksi hepatitis dua kali lipat dibanding tahun 2007 berdasarkan riset kesehatan pada 2013. Prevalensi hepatitis B sebesar 21.8% dan hepatitis C sebesar 2.5%.

Peningkatan ekspresi VEGF di jaringan hati pada penyakit hati kronik (sirosis hati/SH dan hepatitis kronik) terjadi akibat adanya stimulasi fibrolast dalam pembentukan jaringan fibrosa. Pada karsinoma hepatoseluler (KHS) peningkatan ekspresi VEGF terjadi akibat adanya invasi tumor dan metastasis di intrahepatal. Ekspresi WEGF dan reseptor VEGF (VEGFR) di jaringan hati berkolerasi dengan kadarnya di darah. Polimorfisme VEGF (-634; -2578) dan VEGFR jaringan terbukti berpengaruh pada keberhasilan terapi dan pembedahan pada kasus KHS. Belum ada penelitian tentang polimorfisme VEGF-634 dan -2578 serta sVEGFR pada subjek KHS dan penyakit hati kronik.

Penelitian ini disampaikan oleh Dr. dr. Neneng Ratnasari, Sp.PD-KGEH pada Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM (19/8). Beliau adalah staf dosen Ilmu Penyakit Dalam FK UGM, lulus dengan predikat sangat memuaskan. Berlaku sebagai promotor beliau adalah Prof. dr. Siti Nurjanah, Sp.PD-KGEH., M.Kes.

Tujuan dari penelitian dr. Neneng untuk mengetahui hubungan antara adanya single nucleotid polymorphism (SNP) gena VEGF di rs2010963 (-634/ 5’UTR) dan rs699947 (-2578/ promoter) dengan kadar sVEGFR-2 serum dan karakteristik klinis pada penyakit hati kronik dan KHS. Hasil yang ditemukan adalah perbedaan bermakna frekuensi genotip dan alel SNP VEGF (-634; -2578) dan kadar sVEGFR-2 pada subjek KHS, SH dan hepatitis kronik. SNP -2578 berhubungan dengan kriteria klinis pada KHS, sVEGFR-2 berkorelasi pada subjek sirosis dan hepatitis. SNP VEGF (-634; -2578) dan sVEGFR-2 dapat digunakan sebagai predictor kejadian penyakit KHS dan SH. (Dian/IRO)

Susu Fermentasi Sinbiotik

$
0
0

Suplementasi dan fortifikasi merupakan langkah yang banyak dilakukan untuk mengatasi anemia. Namun ternyata, hal tersebut juga dapat menimbulkan dampak negatif yaitu adanya ketidakseimbangan microbiota usus. Adanya penambahan kombinasi probiotik dan prebiotik (sinbiotik) diharapkan dapat tetap mempertahankan keseimbangan microbiota usus sebagai pendamping fortifikasi dan suplementasi.
Anemia masih merupakan masalah kesehatan global yang dialami baik oleh negara berkembang maupun negara maju. Prevalensi anemia pada anak-anak di Indonesia sebesar 9.8%. Faktor risiko terjadinya anemia adalah asupan besi yang rendah, absorbsi besi yang rendah dari makanan yang tinggi fitat dan senyawa fenol serta periode hidup yang membutuhkan tinggi besi seperti pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Program fortifikasi dipandang sebagai langkah yang cost effective untuk perbaikan masalah gizi mikro. Dibalik manfaat yang diperoleh dari suplementasi dan fortifikasi zat besi, efek negative pun mulai terindifikasi. Pemberian probiotik, prebiotik maupun kombinasi keduanya (sinbiotik) terbukti mampu mempertahankan bakteri asam laktat, yang merupakan bakteri baik dalam usus.
Banyaknya jumlah lactobacilli dan bakteri komensal lainnya pada kolon, dapat memberikan efek perlindungan pada usus dari kolonisasi dan invasi bakteri patogen. Konsumsi bakteri baik (probiotik) diharapkan terjadi peningkatan jumlah microbiota pathogen di usus dapat ditekan selama suplementasi dan fortifikasi zat besi. Selain itu, adanya tambahan prebiotik juga diperlukan untuk tetap mempertahankan keseimbangan microbiota usus.
Penggunaan susu fermentasi dengan probiotik dan prebiotik (sinbiotik) sebagai upaya meminimalisir efek negatif suplementasi ataupun fortifikasi zat besi. Pemilihan susu fermentasi sebagai vehicle untuk pembawa probiotik dan prebiotik yang dapat meminimalisir efek negatif suplementasi dan/atau fortifikasi zat besi dikarenakan susu fermentasi merupakan makanan fungsional yang memiliki efek kesehatn yang sudah terbukti secara klinis yaitu untuk kesehatan usus.
Penelitian ini disampaikan oleh Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes., pada Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM (26/8) dengan judul Efektifitas Penambahan Susu Fermentasi Sinbiotik pada Suplementasi dan Fortifikasi Zat Besi pada Anak-anak Defisiensi Zat Besi terhadap Keseimbangan Mikrobiota Usus. Beliau adalah staf dosen Bagian Gizi Kesehatan FK UGM, lulus dengan predikat sangat memuaskan. Berlaku sebagai promotor beliau adalah Prof. dr. Mohammad Juffrie, Sp.A(K)., Ph.D.
Hasil penelitian beliau adalah pemberian susu fermentasi dengan sinbiotik L. plantarum Dad 13- FOS dan biskuit tepung singkong yang difortifikasi zat besi tidak dapat meningkatkan jumlah Lactobacilli, mampu meningkatkan kadar L. Plantarum dalam feces, dapat meningkatkan jumlah Bifidobacteria, tidak dapat menurunkan jumlah Enterobacteriaceae, tidak dapat menurunkan jumlah E. Coli, dapat meningkatkan kadar serum feritin. (Dian/IRO)

Ekstrak Air Akar Pasak Bumi pada Gangguan Fungsi Seksual

$
0
0

webDr. dr. Setyo Purwono, M.Kes., Sp.PD dosen Bagian Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UGM dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan pada Promosi Doktor Program Studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM (27/8). Disertasi dr. Setyo berjudul “Khasiat dan Keamanan Ekstrak Air Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) Terstandar pada Pria dengan Gangguan Fungsi Seksual.”

Dari 109 pasien gangguan fungsi seksual di Klinik Impotensi, Klinik Geriatri, RSUP. Dr. Sardjito, sebanyak 36 pasien bersedia menjadi subyek penelitian dengan kisaran usia 55 dan 36 tahun dengan berat badan 68,8 kg. Hasilnya, pemberian ekstrak air akar pasak bumi pada pasien terstandar eurikumanon 2 % sebesar 1,2 gram sebanyak 2 kali/hari selama 7 dan 14 hari, mampu meningkatkan fungsi seksual pasien disfungsi seksual, aman dan tidak mempengaruhi kadar testosteron.

Menurut dr. Setyo, penderita diabetes mellitus yang berat sebaiknya menggunakan metode ini karena biasanya sudah terdapat gangguan vaskuler yang mengganggu vasodilatasi di korpus kavernosum. Selain itu kejadian buruk yang paling banyak muncul adalah mual dan perih, bisa diatasi dengan pengurangan isi kapsul.

“Pemilihan pasien dengan faktor risiko lebih spesifik diharapkan dapat memberi hasil yang lebih baik karena dalam penelitian ini, faktor risiko tidak sama sehingga memungkinkan menunjukkan hasil yang berbeda”, ujar dr. Setyo. (Dian/IRO)


Anemia Defisiensi Besi

$
0
0

Dr. dr. Tri Ratnaningsih, Sp.PK(K)., M.Kes. lulus dengan predikat sangat memuaskan pada Promosi Doktor Program Studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM. disertasi beliau berjudul “Penelitian mengenai Evaluasi Validitas Diagnostik dan Kemampuan Prediksi Parameter Hemoglobin Retikulosit untuk Kejadian Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil Aterm dan Bayi 0.3 dan 6 bulan.”

Dalam penelitian beliau menunjukkan bahwa tingginya prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) pada anak di bawah 1 tahun berhubungan dengan tingginya kejadian ADB pada ibu hamil. Penilaian status besi untuk kepentingan klinis memerlukan metode yang cepat dan efisien. Content Hemoglobin Reticulocyte (CHr) yang diukur dengan alat Advia dan Reticulocyte Hemoglobin Equivalent (Ret He) yang diukur dengan alat Sysmex dapat memberi informasi defisiensi besi lebih awal dan sangat praktis.

Di Negara berkembang anemia ibu hamil masih tinggi hingga berdampak pada mortalitas dan morbiditas ibu maupun bayi. Kebutuhan besi pada ibu hamil lebih besar dibanding wanita tidak hamil. Oleh karena besi berperan penting dalam kehamilan ibu, proses laktasi, dan tumbuh kembang bayi, maka analisis laboratorium yang akurat untuk deteksi defisiensi besi sangat diperlukan sebelum terjadinya manifestasi klinis.

Skrining defisiensi besi pada ibu hamil aterm yang akan melahirkan dan bayi umur kurang dari 6 bulan di Indonesia masih sangat jarang dan dilaporkan. Skrining ini perlu untuk menilai cadangan besi ibu pada persiapan laktasi juga sebagai acuan perlu tidaknya pemberian suplementasi besi pada ibu menyusui. “Sehingga perlu metode sederhana, cepat dan efisien untuk menilai status besi pada praktik klinik,” ujar beliau.

Kanker Kolon

$
0
0

Kanker kolon dan rektum merupakan salah satu kanker yang sering dijumpai dan menduduki tempat ke-2 setelah kanker payudara di Negara-negara barat. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais kanker ini menduduki urutan ke-6. Seperti yang dipaparkan oleh Dr. dr. Ajoedi, Sp.B.KBD pada promosi doktor prodi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM (31/8). Disertasi dengan judul “Kanker Kolorektal Stadium II dan III di RS Kanker Dharmais yang mendapat Kemoterapi Adjuvan” mampu mengantarkan dr. Ajoedi meraih predikat sangat memuaskan.

Adjuvant therapy (Adjuvant chemoradiation) pasca reseksi tumor merupakan pengobatan yang dianjurkan pada penderita kanker kolorektal stadium II dan III. Penentuan pemberian kemoterapi adjuvant setelah reseksi kuratif tumor kolorektal stadium II tidak mudah. “Pemberian secara rutin tidak dianjurkan,” ujar beliau. Hal ini disebabkan angka ketahanan hidup lima tahun pada stadium ini hanya dengan terapi reseksi sudah mencapai 70%. Sebaliknya, pada kanker kolorektal stadium II yang beresiko tinggi, kemoterapi adjuvant dianjurkan untuk diberikan setelah reseksi tumor.

Dalam penelitian beliau ditemukan bahwa angka ketahanan hidup penderita kanker kolorektal stadium II dan III yang mendapat kemoterapi adjuvant pasca reseksi kuratif lebih tinggi pada penderita dengan kandungan DNA aneuploid dan SPF yang tidak normal dibanding dengan penderita dengan kandungan DNA aneuploid dan SPF yang normal. Selain itu, Penderita yang mendapat kemoterapi adjuvant pasca reseksi kuratif dengan mutasi gen p53 mempunyai angka ketahanan hidup lebih tinggi dibanding tanpa mutasi gen p53. Sedang, penderita yang mendapat kemoterapi adjuvant pasca reseksi kuratif dengan mutase gen K-ras mempunyai angka ketahanan hidup lebih rendah dibanding tanpa mutasi gen K-ras. (Dian/IRO)

Kanker Nasofaring pada Ujian Doktor FK UGM

$
0
0

Kanker Nasofaring (KNF) merupakan tumor daerah leher dan kepala dengan penyebab yang kompleks. Survai di RS Kanker Dharmais menyatakan bahwa dalam kurun waktu tahun 2000 – 2005 terdapat 235 penderita KNF dan didominasi oleh laki-laki. Pada sebagian besar pasien terjadi metastasis jauh terutama pada stadium IV sebanyak 56%, sedangkan pada stadium III dan II masing-masing 19%, residif bukan di nasofaring yaitu di intra kranial, retrobulber atau kelenjar getah bening daerah leher atau supraclaviculae sebanyak 6%. Berdasarkan data ini terungkap bahwa sebagian besar pasien KNF datang pada stadium yang lanjut. Sesuai dengan paparan yang disampaikan Dr. dr. Demak Lumban Tobing, Sp.PK pada ujian doktor program studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM.

“Dari 46 sampel pasien (dimana jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan), rata-rata usia laki-laki 47 tahun (median: 48 tahun ) dan perempuan 44 tahun (median: 45 tahun), pada analisis histopatologi menunjukkan Non keratinizing nasopharyngeal Ca undifferentiated subtype”, ujar beliau.

Menurut dr. Demak yang berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan, saat ini untuk pemantauan penyakit dapat dilakukan deteksi keberadaan DNA-EBV di dalam sirkulasi dengan Real time PCR (polymerase chain reaction). Pengukuran DNA EBV ini dapat digunakan sebagi uji saring, memantau perjalanan penyakit dan memprediksi prognosis. Dalam upaya mencari parameter yang lebih baik untuk deteksi dan pemantauan KNF, di RS Kanker Dharmais telah dilakukan pemeriksaan DNA EBV pada pasien KNF yaitu pemeriksaan fragmen DNA EBV yang mengkode protein laten EBNA1 dan LMP2.

Dari hasil penelitian dr. Demak ditemukan bahwa, dari ketiga petanda: DNA LMP2, RNA LMP2A dan protein ITGa6, dalam penelitian diperoleh pengukuran DNA LMP2 secara statistik menunjukkan perbedaan bermakna antara KNF stadium lanjut dan stadium awal sehingga dapat digunakan sebagai indikator progresivitas. (Dian/IRO)

Penanganan PIS dengan tindakan Neuroendoskopi

$
0
0

Penanganan Perdarahan Intraserebral Spontan (PIS) dengan tindakan Neuroendoskopi lebih aman dan mempunyai kesintasan lebih lama dibandingkan dengan tindakan Kraniotomi. Temuan ini disampaikan oleh Dr. dr. Arie Ibrahim, Sp.BS(K) dalam ujian doktor program studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM. dr. Arie lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Stroke masih merupakan masalah kesehatan utama baik di negara industri maupun di negara berkembang. Di negara berpenghasilan rendah sampai menengah, stroke merupakan penyebab kematian paling sering kedua setelah penyakit jantung iskemik dan 15-22% kematian dari semua pasien dengan stroke disebabkan oleh PIS serta hampir setengah dari pasien hidup mengalami cacat permanen. Berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kemmenterian Kesehatan tahun 2013, prevalensi pasien stroke di Indonesia sebesar 7 orang dari 1000 penduduk. PIS di Surabaya 39% dan Malaysia berkisar 7,2%.

Kraniotomi adalah operasi pengeluaran PIS dengan membuka tulang cranium dan membuka duramater serta menembus parenkin otak. “Tindakan operasi ini akan mengurangi peningkatan tekanan intracranial, walaupun angka keberhasilannya tidak sebanding dengan lamanya operasi,” ungkap dr. Arie pada saat memaparkan disertasinya di hadapan para penguji.

Tindakan operasi evakuasi hematom pada PIS dengan menggunakan alat Neuroendoskopi belum banyak dikerjakan di Indonesia. Sejak tahun 2002 di RSUD AW Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur, tindakan ini sudah mulai dikerjakan terutama untuk kasus PIS, juga pada pasien hodrosefalus obstruktif dan tumor intraventrikel. Selain itu, dr. Arie mulai melakukan operasi evakuasi hematom pada kasus PIS dengan working-channel transparan terbuat dari silastik yang berasal dari thoracic tube no 21F dan dipotong sesuai kebutuhan. “Harganya lebih murah daripada bahan keramik atau logam yang digunakan di Jepang, Eropa, Amerika atau China, dan juga bahan ini bersifat inert”, tambah beliau.

dr. Arie berharap Neuroendoskopi dapat digunakan pada operasi PIS di seluruh RS di Indonesia sehingga dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pasien PIS. Serta hasil penelitian didapatkan lama operasi pada pasien dengan Neuroendoskopi lebih singkat dibanding dengan Kraniotomi dan perbaikan klinis sesudah tindakan Neuroendoskopi lebih baik. (Dian/IRO)

Daun Kembang Mentega untuk Keloid

$
0
0

WebDosen Fakultas Kedokteran UGM menemukan senyawa 5α-oleandrin, hasil isolasi dari daun kembang mentega mampu menghambat keloid. Dr. dr. Ishandono Dahlan, M.Sc., Sp.B., Sp.BP-RE(K) menyampaikan temuannya dalam promosi doktor prodi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK UGM. Disertasi berjudul “Pengembangan 5α-oleandrin Isolasi dari Daun Kembang Mentega Antikeloid Kajian in vitro pada Sel Fibroblas Keloid”. Senyawa 5α-oleandrin dapat menghambat proliferasi, migrasi, timbunan kolagen dan sintesis TGF-β1 pada fibroblas keloid.

Keloid merupakan tumor jinak fibroproliferatif dermis yang hanya terdapat pada manusia, ditandai dengan pertumbuhan jaringan parut yang melebihi batas luka aslinya. Keloid terjadi akibat ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraseluler (MES) pada saat penyembuhan luka. Fibroblas adalah sel yang berperan dominan dalam pathogenesis keloid. Aktivitas migrasi dari fibroblast keloid berperan penting terhadap pembentukan parut yang berlebihan pada keloid, dan epidermal growth factor receptors (EGFRs) diketahui berperan serta dalam mengatur aktivitas migrasi fibroblas keloid tersebut.

Secara umum karakteristik fibroblast keloid mirip dengan sel kanker. Berbagai usaha penatalaksanaan kasus keloid sudah dilakukan namun hasilnya belum memuaskan. 5α-oleandrin merupakan senyawa terpenoid diisolasi dari daun Nerium indicum, aktif meningkatkan apoptosis pada sel HeLa dan sitotoksik terhadap sel kanker payudara (MCF-&). Pengembangan senyawa 5α-oleandrin untuk alternatif terapi keloid perlu dilakukan.

“Beberapa obat antikanker telah terbukti dapat digunakan untuk terapi keloid,” ujar dr. Ishandono, doktor ke-2807 se-UGM. Beberapa tanaman yang berpotensi sebagai antikanker, diteliti juga mengenai efeknya terhadap pertumbuhan keloid. Di Indonesia banyak sekali tanaman yang berpotensi sebagai antikanker. “Kembang mentega juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker,” ujar dr. Ishandono. Ekstrak N.oleander (Anvirzel) terbukti dapat menginduksi kematian sel kanker manusia dan menghambat fibroblas growth factor-2 (FGF-2) pada prostate cancer cell lines (PC-3) dan DU145. (Dian/IRO)

Viewing all 514 articles
Browse latest View live